KONEKSI ANTAR MATERI
MODUL 3.1:
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN
Oleh. ANDIK SASMITRO
CGP ANGKATAN 6 KOTA PROBOLINGGO
1.
Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan
filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan
keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
2.
Bagaimana
nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip
yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Cita-Cita menjadi seorang guru hendaknya panggilan hati nurani. Seorang
guru seyogyanya memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya.
Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan
pembelajaran yang berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut akan
membimbing dan mendorong guru untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar.
Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif,
serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang
teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil
keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada
situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara
benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama
untuk mengambil keputusan yang benar.
Keputusan tepat yang diambil tersebut
merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh
guru dalam kesehariannya. Nilai-nilai positif akan mengarahkan untuk dapat mengambil
keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan
kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik.
Prinsip – prinsip yang
mendasari seseorang dalam mengambil keputusn yaitu :
a.
Berpikir berbasis hasil akhir ( End based thinking)
b.
Berpikir berbasis peraturan ( Rule based thinking)
c.
Berpikir berbasis rasa perduli (Care based thinking)
Apapun keputusan yang
diambil seorang pemimpin, hendaknya memperhatikan konsekuensi yang mengikuti
serta keputusan berdasarkan nilai kebajikan universal yang berpihak kepada murid.
3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang
kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan
'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam
perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan
yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif,
masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan
tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah
dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Materi Coaching telah
saya pelajari pada Modul sebelumnya sangat berkaitan dengan materi pengambilan
keputusan dalam modul 3.1 ini. Coaching adalah ketrampilan yang sangat penting
dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri
kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Konsep coaching TIRTA sangat
ideal apabila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan
pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.
Adapun kegiatan pembimbingan yang telah dilakukan oleh fasilitator telah membantu
saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan
tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai
kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat
saya pertanggung jawabkan.
4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola
dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan?
Memiliki 40 murid
berarti memiliki 40 bahkan lebih potensi murid baik itu bakat/minat serta
sosial emosionalnya juga sangat beragam. Sebagai seorang pendidik, kita harus
mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas sehingga
dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan
sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan
keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan
baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus
memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak
sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di sekolah.
5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang
fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut
seorang pendidik?
Sebagai seorang
pendidik, guru harus sering berani membuat keputusan, terutama keputusan dalam
melaksanakan pembelajatran di kelas. Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan
murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari
setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari
berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan tepat mampu membedakan apakah
permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.
Seorang pendidik
ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan
etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang
dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil
sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai kebajikan
universal maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung
jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai
dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih
cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan
pihak.Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah
reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik.
Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah
moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan
kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya
peserta didik.
6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat,
tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan
nyaman?
Setiap keputusan yang telah diambil akan selalu bertentangan
dengan 2 kepentingan atau lebih. Dampak sebuah keputusan seringkali memunculkan
sikap puas dipihak satu atau juga tidak puas di lain pihak. Pengambilan
keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya
dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian
keputusan. Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara
akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah
tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua
kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat, maka hal tersebut akan berdampak
pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
7. Selanjutnya, apakah
kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk
menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah
ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Benar sekali, kesulitan
muncul karena masalah perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah
dilakukan selama turun-temurun. Budaya ewuh-pakewuh (merasa gak enak dengan
sejawat) dalam mengambil keputusan yang benar. Sistem lingkungan yang kadang
jika memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah atau kurang tepat dan tidak
berpihak kepada murid. Selain itu juga tidak semua warga sekolah berkomitmen
tinggi untuk menjalankan keputusan bersama. Juga keputusan yang diambil
seringkali tanpa sepenuhnya melibatkan guru sehingga muncul banyak masalah baru
dalam proses pelaksanaan pengambilan keputusan tersebut.
8. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan
keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid
kita?
Apapun sebuah
keputusan yang diambil di sekolah baik oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran
dan Kepala Sekolah sebagai pemimpin lembaga itu tergantung kepada keputusan
seperti apa yang diambil. Apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada
murid (baik dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan
sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid) maka hal ini akan dapat memerdekakan murid
dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi
dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak
kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka
kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid
tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kodratnya.
9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran
dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan
murid-muridnya?
Guru adalah seorang pemimpin
pembelajaran. Pemimpin pembelajaran harus mampu melakukan pengambilan keputusan
tentang pembelajaran yang memerdekakan dan berpihak pada murid sehingga para murid
akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam
mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa
depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh
pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting dalam hidup
dan berkehidupannya kelak.
Keputusan yang
berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana
dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan
kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi berdasar
kebutuhan murid.
10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik
dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul
sebelumnya?
Pengambilan keputusan merupakan
sebuah keterampilan. Sebuah keterampilan harus diasah dan harus sering
dilakukan. Guru harus memiliki kompetensi dan harus terampil dalam mengambil
keputusan khususnya keputusan dalam pembelajaran di kelas. Keputusan
pembelajaran di kelas harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara
yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran dimana sebuah pembelajaran harus
berpihak pada kepentingan murid dan memerdekakan murid.
Pengambilan keputusan
harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan
mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well
being).
Dalam pengambilan
keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness)
untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.
Dalam mengantarkan
murid menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan
moral sehingga diperlukan analisa 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 panduan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk
memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada
murid demi terwujudnya merdeka belajar.
11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda
pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma
pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar
dugaan?
Dilema etika merupakan dilema
dalam pengambilan keputusan dimana seorang pemimpin dihadapkan pada dua pilihan
keputusan yang sama-sama benar sedangkan bujukan moral adalah dua keputusan pilihan
keputusan dimana salah satunya benar dan satunya salah. Jadi jelas bahwa dilema
etika benar lawan benar sedangkan bujukan moral keputusan yang benar lawan
salah.
Guru dan Kepala
Sekolah sering menghadapi situasi dimana harus mengambil keputusan yang di situ
terdapat nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama memiliki nilai
kebenaran, namun saling bertentangan. Dalam modul ini sangat jelas bahwa
sesulit apapun keputusan yang akan diambil, sebagai guru paling tidak selalu
berpatokan dengan 3 unsur yang berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai
kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari
keputusan yang diambil.
Paradigma yang terjadi
pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:
1.
Individu lawan kelompok (individual vs community)
2.
Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3.
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4.
Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Dalam pengambilan
keputusan, pemimpin harus mempu menilai dirinya untuk prinsip-prinsip pengambilan
keputusan. Ketiga prinsip tersebut adalah:
a. Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
b. Berpikir
Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
c. Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Setiap keputusan pasti
ada resiko. Walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai
tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya. Ada pihak yang
puas dan ada pihak yang kurang puas. Pada akhirnya kita perlu mengingat kembali
hendaknya setiap keputusan yang kita ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung
jawab, nilai-nilai kebajikan universal, serta berpihak pada murid. Sebagai
seorang pemimpin pembelajaran, guru juga harus memastikan bahwa keputusan yang
diambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian
untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip
dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Ada 9 tahapaan
pengambilan dan pengujian keputusan yaitu sbb:
1.
Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang salingbertentangan
2.
Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
3.
Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini
4.
Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji
instuisi, uji publikasi, uji panutan /idola)
5.
Pengujian paradigma benar atau salah
6.
Prinsip pengambilan keputusan
7.
Investigasi trilema atau solusi alternatif diantara dua atau
lebih pilihan keputusan.
8.
Buat keputusan
9.
Meninjau kembali keputusan dan refleksikan
Hal yang menurut saya
diluar dugaan bahwa selama ini dalam mengambil keputusan, saya hanya berdasar
aturan legal dan kenyamanan perasaan dengan teman sejawat saja. Ternyata dalam
pengambilan keputusan bukan hanya mengambil sesuai pemikiran saya saja namun
perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian
pengambilan keputusan. Karena selama ini saya cukup menyelesaikan semua kasus dengan
cara bermusyawarah dengan beberapa
perwakilan guru, lalu mufakat dan mengambil resiko paling kecil, sehingga kepentingan
bersama akan terjamin nyaman.
12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan
pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana
pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul 3.1,
saya banyak menjumpai kasus dilema etika dan bujukan moral. Saya langsung
memutuskan semua kasus tanpa melakukan pengujian terlebih dahulu. Semua
keputusan hanya didasarkan pada intuisi saya, nilai-nilai prinsip dalam diri saya,
dan pertimbangan dampak yang nantinya saya alami terhadap orang lain.
Setelah saya mempelajari modul 3.1, saya merasa bahwa pemikiran berbasis rasa peduli atau care based thinking adalah prinsip yang digunakan
dalam pengambilan keputusan, terutama yang berkaitan dengan dilema etika. Dalam
kasus dilema etika bahkan sering berakibat lingkungan kurang kondusif karena
saya mengambil keputusan tanpa pengujian, kadang saya juga menggunakan uji
panutan atau idola. Prosedur pengambilan keputusan saya tidak sama persis
dengan konsep yang saya pelajari dalam modul, tetapi ada kesamaan. Ini berarti
menganalisis unsur kebenaran lawan salah dan uji panutan dan idola.
13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda,
perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan
sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Setelah saya
mempelajari modul 3.1, saya menjadi lebih yakin dan percaya diri dalam
mengambil keputusan terkait kasus dilema etika, terutama sebagai pemimpin
pembelajaran karena saya telah memiliki dasar-dasar yang ilmiah tentang
pengembilan keputusan. Setelah melalui proses analisa paradigma dan prinsip
pengambilan keputusan serta pengujian keputusan melalui sembilan langkah ini,
saya merasa lebih percaya diri karena saya tahu keputusan saya benar dan
efektif. Sehingga dengan melakukan tahapan yang tepat akan meminimalisir dampak
negatif terhadap pengambilan keputusan yang telah saya ambil karena telah
melalui tahapan yang seharusnya. Keputusan yang saya ambil juga saya usahakan berpihak
pada murid. Segala keputusan yang saya ambil kini lebih berdampak positif
terhadap lingkungan sehingga lingkungan nyaman, aman dan kondusif. Melalui 9
langkah pengujian dalam pengambilan keputusan, saya merasa semua Langkah
tertata dan terbantu dalam setiap penyelesaian kasus dilema etika yang saya
hadapi.
14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai
seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Topik dalam modul 3.1
ini bagi saya sangat penting. Hal ini dikarenakan modul 3.1 ini sangat membantu
saya dalam pengambilan keputusan pada kasus dilema etika. Secara individu
sebagai guru ataupun sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah, kini saya dapat
membuat keputusan yang benar dan efektif serta menghindari pengambilan
keputusan yang hanya berdasar intuisi atau bahkan merugikan orang banyak.
Sebelum saya mendapat pengetahuan tentang pengambilan keputusan, saya merasa
bahwa banyak hal dan keputusan yang saya buat tidak didasarkan pada cara
berpikir yang jelas dan terstruktur. Akan tetapi sekarang saya lebih terbantu
dalam membuat keputusan yang tepat. Sekarang saya lebih percaya diri memutuskan
segala kasus baik dilema etika dan bujukan moral dengan menggunakan sembilan
langkah pengambilan keputusan. Saya semakin percaya diri dalam membuat
keputusan yang tepat. Setelah mempelajari modul 3.1 ini saya juga lebih berani
dan lebih cepat dapat mengambil keputusan. Saya akan sering mengasah
keterampilan dalam pengambilan keputusan.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
‘SALAM BAHAGIA SELALU”